top of page

Mengungkap Hubungan Kekerabatan Parmarion martensi di Jawa Melalui Gen COX1

  • Gambar penulis: Masyarakat Moluska Indonesia
    Masyarakat Moluska Indonesia
  • 15 Agu
  • 2 menit membaca

Parmarion martensi Simroth, 1893 adalah siput darat unik dengan cangkang yang sangat kecil atau hampir hilang, sehingga sering disebut semi-slug. Spesies ini tersebar luas mulai dari Asia Tenggara hingga Kepulauan Hawaii. Di Pulau Jawa sendiri, terdapat dua spesies Parmarion yang hanya bisa dibedakan melalui ciri-ciri genitalia — membuat identifikasinya cukup menantang.


Siput Parmarion martensi Simroth, 1893 (sumber: JMI)
Siput Parmarion martensi Simroth, 1893 (sumber: JMI)

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ahmad Ghifari Prasetia, Wawan Hermawan, dan Ayu Savitri Nurinsiyah memanfaatkan gen COX1 untuk mengungkap hubungan kekerabatan dan jarak genetik P. martensi dari koleksi ilmiah Museum Zoologicum Bogoriense. Studi ini memanfaatkan analisis jarak genetik K2P, serta analisis filogenetik dengan MrBayes dan IQ-TREE.


Tiga Kelompok Kekerabatan

Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa P. martensi terbagi ke dalam tiga klade:

  • Klade A – Microparmarion dari Kalimantan (semi-slug outgroup)

  • Klade B – P. martensi dari Jawa

  • Klade C – P. martensi dari Taiwan


Menariknya, hubungan antara P. martensi dari Jawa dan Taiwan membentuk polytomy (percabangan tak terselesaikan), yang artinya keterkaitan pastinya belum terpecahkan sepenuhnya. Hal serupa juga ditemukan di Jawa, di mana P. martensi dari Jawa Barat dan Jawa Timur membentuk polytomy dengan dukungan statistik cukup kuat (PP = 93; BS = 51).


Jarak Genetik yang Menggugah Pertanyaan

Analisis jarak genetik memperlihatkan:

  • Sesama P. martensi di Jawa: 0 – 4,64%

  • Antara Jawa dan Taiwan: 5,89 – 10,18%


Temuan ini menunjukkan bahwa P. martensi memiliki ambang batas variasi gen COX1 yang tinggi, yakni 0 – 10,18%, meski tetap dianggap sebagai spesies yang sama.


Implikasi Penelitian

Hasil ini memberikan gambaran penting tentang variasi genetik P. martensi di wilayah yang berbeda. Tingginya jarak genetik antar populasi dapat memicu kajian lanjutan mengenai potensi adanya subspesies atau adaptasi lokal yang belum teridentifikasi. Bagi dunia biosistematika, penelitian ini mempertegas pentingnya integrasi data morfologi dan molekuler untuk memahami keanekaragaman hayati.


Referensi

Prasetia, A. G., W. . Hermawan, and A. S. . Nurinsiyah. “The The Phylogenetic Analysis of Parmarion Martensi Simroth, 1893 Collections Of The Museum Zoologicum Bogoriense From Java Based On Cox1 Gene”. Jurnal Moluska Indonesia, vol. 9, no. 1, Apr. 2025, pp. 25-32, doi:10.54115/jmi.v9i1.120.


Komentar


©2025 by Masyarakat Moluska Indonesia

  • facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • Tumblr
bottom of page